“Dou Woro” dan Tradisi Ilo Peta
oleh : Alan Malingi
MASYARAKAT Bima memberikan label “Dou Woro” untuk arwah sanak keluarga yang telah meninggal dunia. Entah kapan istilah ini ada, tetapi “Dou Woro” terus hidup dalam memori kolektif masyarakat. Seiring dengan peningkatan pemahaman terhadap ajaran Islam, istilah atau label “Dou Woro” sudah mulai pudar. Namun di beberapa desa dan tempat, label ini masih ada.
Pada masa lalu, membakar lampu dari biji jarak yang dikenal dengan “Ilo Peta” seperti ini sudah mentradisi di kalangan masyarakat Bima, terutama tiga hari menjelang Idul Fitri.
Nenek saya menceritakan bahwa tujuh hari menjelang Idul Fitri, para “Dou Woro” mendatangi dunia. Empat hari berkunjung ke Asi Mbojo dan tiga hari ke rumah para sanak keluarganya untuk bersilaturrahim. Karena itulah, maka dinyalakanlah “Ilo Peta” untuk menyambut mereka.
Berita selengkapnya : http://lakeynews.com/2019/06/02/dou-woro-dan-tradisi-ilo-peta/